Archive for Maret 2015

Sahabatku bukan Pacarku

Matahari bersinar dengat semangat yang mengebu. Tanpa malu dan ragu ia tumpahkan cahaya terangnya yang menyilaukan dan suhu panasnya yang membakar ke pada seluruh makhluk bumi. Siang ini memang begitu menyengat panasnya, meski malam tadi hujan begitu deras menguyur hamparan sebagian bumi ini. Kali ini jadwalku menuju  toko  ZAVA, teman-teman tak perlu tahu toko zava itu apa. Sebab sefti tidak di bayar untuk mempromosikanya. Bukanya pelit sih, cuma sedikit sebel aja sama si mas ganteng* (*lebel dr mahasiswi UMSurabaya, kecuali saya) sang peilik toko itu.

Jadi ceritanya siang bolong ini, sefti bergegas setengah lari menuju toko zava guna mengambil buku dan hasil fotocopyan-ku beberapa hari yang lalu. Sesampainya di tempat. Mas pemilik toko dengan ramahnya menyambut kedatanganku sebagai konsumen di tokonya.
"Ambil buku ya mbak ?" Tanyanya dengan senyum hasnya.
"Iya mas, jadi berapa harganya?" Jawabku setengah cuek.
"Jadi totalnya Rp. 58.000.00 mbak ". Jawabnya sembari menyertakan buku-bukunya kepadaku beserta tambahan nota harga.
"Oke, terimakasih mas".
"Sama-sama mbk. oh iya mbak ini Flasdick milik teman mbak ya?" Tanyanya, sambil menunjukkan kemudian menyerahkan benda yang di pegangnya ke arahku.
"Oh iya mas, ini milik Mega teman saya". Jawabku menerima Flesdick dari tanganya.
"Iya, teman mbak uda lama gag ke sini. jadi saya titipkan ke mbak gag pa-pa kan? Mbak temennya kan?" Ujarnya.
"Iya saya temenya". Jawabku singkat.
"Atau jangan-jangan pacarnya. hehe..." tambah mas pemilik toko tersebut.
"Haa :o !!!" (ekspresi terkejut)

Selepas itu aku segera angkat kaki dari toko tersebut. Rasa sebel bercampur bedmood tiba-tiba menyerang jiwaku. Aku tak habis fikir, bisa-bisanya mas itu menyebut sohibku sebagai pacarku. Sumapah, geli banget rasanya telinga ini mendengar perkataan mas pemilik toko itu. Aku dan Mega selama di kampus memang tak terpisahkan. kita selalu bersama, berangkat kuliah dan pulang pun bersama. Jajan dan nongkrong pun juga bersama. Jalan pun kita selalu berdua. Tapi bukan berarti karena itu kita bisa di bilang pacaran kan???

Entahlah aku tidak bisa menerka bagai mana pola fikir mas pemilik toko tersebut. Atau mungkin aku aja yang terlalu sensitive, apa lagi suhu udara yang begitu menyengat membuat hatiku jadi muda tersinggung. Sehingga guyonan kecil yang mas pemilik toko tersebut lontarkan padaku terasa bagai cemoohan yang pahit. Mungkin memang aku sebaiknya berlatih untuk selalu bersikap ramah dan pandai mengolah hati. Agar canda-canda kecil dari orang terasah renyah di telinga. Tidak justru seolah empedu yang tumpah ruah di hati. Selain itu, mungkin pula aku juga harus sedikit membatasi ke dekatanku dengan si sohibku. Sebab, kebiasaan kami jalan sambil bergandengan tangan sepertinya menjadi pemandangan yang tidak wajar bagai sebagian orang. Walau sesungguhnya sikap tersebut tak lebih dari rasa kasih seorang sahabat terhadap sahabatnya.

Terakhir, aku menyimpulkan. Dalam hidup ini kita tidak bisa memandang suatu hal melalui satu sudut pandang saja. Namun kita harus menggunakan banyak sudut pandang untuk melihat permasalahan hidup ini. Sebab, apa yang menurut sudut pandang kita negatif bisa jadi sesutu yang positif dalam sudut pandang orang lain. Seperti kisaku tadi. Aku mungkin melihat perkataan yang mas pemilik tok ujarkan padaku seolah sindiran pahit. Namun bisa jadi sesungguhnya mas tersebut berniat untuk mengingatkanku, agar aku lebih bersikap sewajarnya saja walaupun terhadap sahabat sendiri. Supaya nantinya tidak menimbulkan presepsi yang negatif dari mata-mata lain yang turut memandang pula kedekatan kita.


Surabaya, 17 Maret 2015


Sefti Ika Wulansari
Kamis, 26 Maret 2015
Posted by Unknown
Tag :

Bila Cinta Menikahlah




Bila cinta itu Bilangan
Maka real adalah mulanya
Tentu termasuk bulat didalamnya
Sebab nilai Negative dan Positif pasti terkandung padanya

Tapi saat ijab-qobul telah di ikrarkan
Bilangan Asli baginya dan tak tergantikan
Karena hanya nilai positif yang tertera
Begitulah kebenaranya

Saat cinta suami-istri tercurah
Ia laksana lingkaran yang tak berujung
Bagai bilangkan pangkat takhingga
Dan tak terbagi laksana Prima, kecuali 2 tentunya

Sepasang suami-istri yang tak bersama
Sering kali hatinya hampa
Ia merasa kosong
Tak menentu bagai imajiner

Walau kiranya suami lama tak kunjung pulang,
Bagi sang istri cintanya tak kan tumbang
Ia kan tegak, setegak garis singgung lingkaran terhadap jari-jarinya
Tetap utuh, dan tak terpecah bagai bilangan cacah

Itulah nikmatnya
Menjalin cinta dengan ikatan yang sah ^_^
Selasa, 10 Maret 2015
Posted by Unknown
Tag :

- Copyright © Cahaya Muslimah -